Sabtu, 24 Januari 2015

LAPORAN KEGIATAN TOUR RELIGI ZIARAH WALI SONGO + MADURA STAI AN NUR LAMPUNG











LAPORAN KEGIATAN TOUR RELIGI
ZIARAH WALI SONGO + MADURA
STAI AN NUR LAMPUNG
26-31 DESEMBER 2014
Di Ajukan Sebagai Syarat Mengikuti kegiatan UJIAN AKHIR SEMESTER
OLEH
HARUN KHOLIDUR ROSIDI
NIM 11270845







KATA PENGANTAR

            Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh
            Puji sukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang selalu melimpahkan segala rahmat dan kasih sayangnya kepada kita makhluk yang telah di ciptakannya, dan karna rahmat serta kasih sayangNya lah yang mengantarkan Kami, mulai dari perjalanan TOUR RELIGI ZIARAH WALI SONGO + MADURA hingga penulisan laporan ini selesai, Tanpa suatu kendala yang berarti.
            Sholawat beserta salam semoga terlimpahkan kepada beliau Nabi Muhammad SAW, yang Mulia Panutan Umat, yang telah membawa dan mengajarkan islam sebagai pedoman perjalanan hidup kita untuk menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, Semoga beliau memberikan Syafaatnya kepada kita kelak di Yaumul Kiamah, Amin, Amin Ya Robbal ‘Alamin.
            Dan tak lupa pula kami panjatkan do’a sebagai ungkapan terima kasih untuk para Wali Wali yang membawa agama Islam ke Tanah Nusantara ini, sehingga Alhamdulillah dengan apa yang di ajarkan oleh Beliau, menjadikan Kita Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang ber agama sesuai dengan tuntutan yang Maha Pencipta, dan Dengan Ilmu yang di Bawa Para Waliulloh lah kita mengamalkan ajaran ajaran agama Islam sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan di dalam Al Qur’an dan Hadits.
Semoga Allah SWT menerima segala amal kebaikan dan  menempatkan Beliau Para Waliulloh di dalam Surga. Amin Amin Ya Robbal Alamin.
            Laporan ini Kami Susun sebagai Syarat untuk mengikuti Ujian Semester dan sebagai rekaman atau Dokumen tertulis perjalanan religi Ziarah Wali Songo + Madura yang telah kami laksanakan pada tanggal 26 sampai tanggal 31 Desember 2014. Dan semoga laporan ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan tentang Sejarah Waliulloh di Indonesia, Khususnya Waliulloh yang ada di Jawa dan Madura.
            Dan akhirnya Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan, itu semua bukan unsur kesengajaan, Namun sebagai kebodohan dan ketidak tahuan kami.  Kami menyadari bahwa banyak ketidak sempurnaan yang terdapat dalam penyusunan Laporan Tour Religi Ziarah Wali Songo + Madura ini. Maka dari itu Kami membuka lebar pintu saran dan kritik yang mampu membangun kesempurnaan dalam penulisan penulisan berikutnya. Terima kasih.








Jati Agung, 9 Januari 2015
Mahasiswa



HARUN KHOLIDUR ROSIDI



ZIARAH WALI SONGO

A.    Muqodimah
            Ziarah Wali songo adalah perjalanan ziarah atau berkunjung dan berdoa di makam sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di Nusantara. Lima makam wali berada di wilayah Jawa Timur, tiga makam di antaranya berada di Jawa Tengah, dan satu makam di Jawa Barat.
Pertama, Sunan Maulana Malik Ibrahim. Makam ini terletak di kampung Gapura di dalam kota Gresik di Jawa Timur, tidak jauh dari pusat kota.
Kedua, Sunan Ampel. Makam Sunan Ampel terletak di kampung Ampel di kota Surabaya.
Ketiga, Sunan Bonang. Sunan Bonang dimakamkan di komplek pemakaman Desa Kutorejo, Kecamatan Tuban di kota Tuban.
Keempat, Sunan Giri. Tokoh Walisongo yang bergelar Prabu Satmata ini makamnya terletak di sebuah bukit di Dusun Kedhaton, Desa Giri Gajah Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik.
Kelima, Sunan Drajat. Makam Sunan Drajat berada di daerah Drajat Lamongan.
Keenam, Sunan Muria. Makam Sunan Muria di Desa Colo, Kecamatan Dawe. Ziarah ke makam Sunan Muria yang berjarak sekitar 30 kilometer arah utara dari KMMK (Kompleks Masjid Menara Kudus).
Ketujuh, Sunan Kudus. Ja'far Shadiq atau Sunan Kudus dimakamkan di Masjid Menara Kudus yang terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah.
Kedelapan, Sunan Kalijaga. Makam Sunan Kalijaga terletak di tengah kompleks pemakaman Desa Ngadilangu yang dilingkari dinding dengan pintu gerbang makam. Area makam Sunan Kalijaga di dalam Kota Demak berjarak sekitar 3 KM dari Masjid Agung Demak.
Kesembilan, Sunan Gunung Jati. Kawasan makam Sunan Gunung Jati terletak di desa Astana,kecamatan Cirebon Utara, sekitar 6 km dari Kota Cirebon yang dilintasi jalur Cirebon-Indramayu
1.      Tujuan
            Ziarah Wali Songo adalah suatu perjalanan Wisata Rohani yang biasa di lakukan oleh umat muslim di Indonesia. Ziarah adalah mengunjungi makam dengan suatu tujuan yaitu mendo’akan arwah untuk meringankan siksa mereka di alam kubur, fungsi awal ziarah yaitu sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW. Ialah mengingatkan manusia akan datangnya kematian.
Sedangkan Ziarah yang kami lakukan selain untuk tujuan utama ziarah, yaitu mendo’akan Waliulloh dan untuk mengingat akan datangnya kematian, juga untuk mengenang kembali perjalanan Wali Songo dalam menyebarkan agama islam di Tanah Nusantara, serta untuk mengenal lebih dekat Para Kekasih Allah SWT yang telah berjuang mensyi’arkan Agama Allah SWT ke Tanah Nusantara ini dengan penuh keyakinan dan tekad untuk berjuang fi sabilillah. Dengan mengenal lebih dekat para WALI SONGO ini di harapkan kita mampu mengambil pelajaran dari Sejarah Perjalanan Para Wali yang kita kunjungi serta terinspirasi dan termotivikasi untuk lebih giat dalam beribadah dan berjuang dalam menegakkan Ajaran Islam dengan lebih Ikhlas mengharapkan Ridho dari Allah SWT.
2.      Peserta
            Perjalanan Tour Religi Ziarah Wali Songo + Madura ini di Selenggarakan oleh Kampus STAI AN NUR Lampung sebagai syarat untuk mengikuti Wisuda Strata 1 (S1) Fakultas Tarbiyah. Yang di ikuti Mahasiswa semester VII dengan mengendarai angkutan BUS PARIWISATA sejumlah 7 (tujuh) unit.
 di antaranya yaitu. Bus Kramat Djati yang mana kami berada dalam urutan nomor bus 6.
Selain Para Mahasiswa STAI AN NUR, juga bersama dengan Siswa kelas XII MA Hidayatul Mubtadi’in yang masih satu yayasan dengan STAI ANNUR. Kami berangkat pada tanggal 26 Desember 2014, dan kembali pada tanggal 1 Januari 2015, Seluruh Mahasiswa STAI AN NUR LAMPUNG Semester 7 di wajibkan untuk mengikuti kegiatan ziarah Wali Songo + Madura Ini.
3.      Rute Ziarah
Kampus STAI AN NUR merencanakan Rute perjalanan Ziarah Wali Songo kali ini sebagai berikut
No
Nama Tempat
Lokasi
1.
Sultan Hasanuddin
Banten
2.
Syeh Yusuf
Banten
3.
Sunan Gunung Jati
Cirebon
4.
Raden Fatah
Demak
5.
Masjid Demak
Demak
6.
Sunan Kali Jaga
Demak
7.
Sunan Kudus
Kudus
8.
Sunan Muria
Gunung Muria
9.
Sunan Bonang
Tuban
10.
Makam Asmorokondi
Tuban
11.
Sunan Drajat
Pacitan
12.
Sunan Gresik
Gresik
13.
Sunan Giri
Gresik
14.
Sunan Ampel
Surabaya
15.
Syeikh Kholil Bangkalan
Madura
16.
Sunan Bayat
Klaten
17.
Kiai Raden Santri
Gunung Pring
18.
Mbah Dahar
Watu Congol
19.
Syeh Abdul Muhyi
Tasik Malaya
20.
Goa Pamijahan
Tasik Malaya

Namun Rute dan rencana tersebut tidak berjalan sesuai dengan jadwal karena ada suatu kendala, namun semua tetap tidak menyurutkan semangat perjalanan Ziarah Kami.
 Rute perjalanan menjadi seperti berikut.
No
Waktu
Nama Tempat
Lokasi
Ket
1.
27 Desember 2014 Pukul 05:00
Makam Sunan Gunung Jati
Cirebon

2.
27 Desember 2014 Pukul 16:00
Masjid Agung Demak
Demak

3.
27 Desember 2014 Pukul 17:05
Makam Raden Fatah
Demak

4.
27 Desember 2014 Pukul 19:10
Makam Sunan Kali Jaga
Demak

5.
27 Desember 2014 Pukul 22:10
Makam Sunan Kudus
Kudus

6.
28 Desember 2014 Pukul 01:00
Makam Sunan Muria
Gunung Muria

7.
28 Desember 2014 Pukul 15:01
Makam Sunan Bonang
Tuban

8.
28 Desember 2014 Pukul 21:00
Makam Sunan Drajat
Pacitan

9.
29 Desember 2014 Pukul 02:00
Makam Sunan Gresik
Gresik

10.
29 Desember 2014 Pukul
Makam Sunan Giri
Gresik

11.
29 Desember 2014 Pukul 04:15
Makam Syeih Kholil
Bangkalan

12.
29 Desember 2014 Pukul 09:51
Makam Sunan Ampel
Surabaya

13.
29 Desember 2014 Pukul 16:30
Makam KH Abdurrohman Wahid
Jombang

14.
29 Desember 2014 Pukul 21:40
Pon Pes Lirboyo
Lirboyo

15.
30 Desember 2014 Pukul 13:49
Malioboro
Djogja

16.
30 Desember 2014 Pukul 17:41
Makam Kiai Raden Santri
Gunung Pring

 Pemberangkatan Rombongan Ziarah Wali Songo + Madura ini Mundur Dari dari Jadwal Awal yang seharusnya Pukul 08:00. Di karnakan keterlambatan salah Satu Bus yang akan membawa Rombongan Ziarah. Sehingga rombongan berangkat pada pukul 10:00 WIB dengan menbaca Do’a untuk kelancaran dan keselamatan selama perjalanan dan kegiatan Ziarah Wali Songo + Madura yang kami laksanakan ini.
B.    KEGIATAN TOUR ZIARAH WALI SONGO + MADURA
1.       Makam Sunan Gunung Jati
                    Sunan Gunung Jati adalah salah satu dari sembilan orang penyebar agama Islam terkenal di Pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan Wali Sanga. Kehidupannya selain sebagai pemimpin spriritual, sufi, mubaligh dan dai pada jamannya juga sebagai pemimpin rakyat karena beliau menjadi raja di Kasultanan Cirebon, bahkan sebagai sultan pertama Kasultanan Cirebon yang semula bernama Keraton Pakungwati.
Rombongan Sampai di Makam Sunan Gunung Jati pada tanggal 27 Desember 2014. Pukul 05:00. Di Makam Sunan Gunung Jati ini banyak yang meminta donasi tidak resmi kepada pengunjung atau peziarah yang datang ke makam. datang bersama dengan rombongan peziarah, Kami menghadapi puluhan peminta sumbangan yang sudah berbaris panjang dari parkiran masuk sampai ke pintu gerbang peziarah.
Sangat mengesalkan sebetulnya. Pemandu memberitahu agar kami ‘jangan memulai’ memberikan donasi setiap kali diminta karena hanya akan membuat peminta donasi lain akan memburu. Walaupun kami sudah berusaha membatasi jumlah donasi yang kami keluarkan dengan terus menerus mengatakan “tidak” tetap saja kami harus merogoh kantong beberapa kali. Upaya menertibkan konon sudah pernah ada. Sultan pernah memerintahkan mereka untuk berhenti meminta donasi tidak resmi tersebut, namun seminggu-dua minggu kemudian timbul kembali. Alangkah baiknya apabila pihak Kraton yang berwenang atau pemerintah daerah mulai memikirkan cara untuk menertibkan mereka karena bisa jadi akan merusak citra tempat pemakaman Sunan Gunung Jati ini dan umat muslim pada umumnya. Aktivitas meminta-minta dengan paksa yang dilakukan kaum dewasa dan orang tua akan memberikan contoh tidak baik bagi anak kecil warga sekitar. Tak heran apabila mereka nantinya juga menjadi peminta-minta. Walaupun Sunan Gunung Jati pernah bertutur “Ingsun titip tajug lan fakir-miskin” yang artinya “Aku titipkan masjid/musholla dan fakir miskin” tetapi Kami yakin bukan seperti inilah perwujudannya.

Ketika Memasuki kompleks pemakaman kami melihat Balemangu Majapahit yang berbentuk bale-bale berundak yang merupakan hadiah dari Demak sewaktu perkawinan Sunan Gunung Djati dengan Nyi Mas Tepasari, putri dari Ki Ageng Tepasan, salah seorang pembesar Majapahit.
Masuk lebih kedalam kami melihat Balemangu Padjadjaran, sebuah bale-bale besar hadiah dari Prabu Siliwangi sebagai tanda penghargaan pada waktu penobatan Syarif Hidayatullah sebagai Sultan Kasultanan Pakungwati (cikal bakal kraton di Cirebon).
Makam Sunan Gunung Jati yang terletak di bukit Gunung Sembung hanya boleh dimasuki oleh keluarga Kraton sebagai keturunannya selain petugas harian yang merawat sebagai Juru Kunci-nya. Selain dari orang-orang yang disebutkan itu tidak ada yang diperkenankan untuk memasuki makam Sunan Gunung Jati.
Alasannya antara lain adalah begitu banyaknya benda-benda berharga yang perlu dijaga seperti keramik-keramik atau benda-benda porselen lainnya yang menempel ditembok-tembok dan guci-guci yang dipajang sepanjang jalan makam. Keramik-keramik yang menempel ditembok bangunan makam konon dibawa oleh istri Sunan Gunung Djati yang berasal dari Cina, yaitu Putri Ong Tien.
Banyak keramik yang masih sangat baik kondisinya, warna dan design-nya sangat menarik. Sehingga dikhawatirkan apabila pengunjung bebas keluar-masuk seperti pada makam-makam wali lainnya maka barang-barang itu ada kemungkinan hilang atau rusak.
Ada 9 pintu yang terdapat dalam Makam Sunan Gunung Jati, yaitu 1)Pintu Gapura, 2)Pintu Krapyak, 3)Pintu Pasujudan, 4)Pintu Ratnakomala, 5)Pintu Jinem, 6)Pintu Rararoga, 7)Pintu Kaca, 8)Pintu Bacem dan 9)Pintu Teratai.
Uniknya didalam kompleks makam Sunan Gunung Jati terdapat kompleks makam warga Tionghoa dibagian barat serambi muka yang dibatasi oleh pintu yang bernama Pintu Mergu. Lokasinya disendirikan dengan alasan agar peziarah yang memiliki ritual ziarah tersendiri seperti warga Tionghoa tidak akan terganggu dengan ritual ziarah pengunjung makam.

Tak jauh dari bangunan makam terdapat masjid yang diberi nama Masjid Sang Saka Ratu atau Dok Jumeneng yang konon dulunya digunakan oleh orang-orang Keling yang pernah memberontak pada Sunan Gunung Djati. Didalam masjid kita bisa melihat Al-Quran yang berusia ratusan tahun dan dibuat dengan tulisan tangan (bukan cetakan mesin).
Ada beberapa sumur disekitar bangunan masjid, yaitu Sumur Kemulyaan, Sumur Djati, Sumur Kanoman dan Sumur Kasepuhan.
Ada lagi legenda para wali yang berhubungan dengan Sumur Jalatunda yang berasal dari jala yang ditinggalkan Sunan Kalijaga saat dirinya diperintahkan mencari sumber mata air untuk berwudhu-nya para wali yang pada saat itu sedang mengadakan pertemuan. Sumur Jalatunda ini dikenal dengan Zam-zam-nya Cirebon.
2.      Masjid Agung Demak
Salah satu peninggalan kerajaan Islam pertama di Jawa adalah masjid Agung Demak. Masjid yang terletak di Desa kauman, Demak, Jawa Tengah, itu hingga kini masih berdiri megah dan menjadi tujuan wisata religi umat muslim di nusantara.
Rombongan STAI AN NUR Lampung Sampai di Masjid Agung Demak pada tanggal 27 Desember 2014 Pukul 16:00, kami di sambut dengan gerimis yang mengundang, keadaan di masjid Agung demak berbeda dengan makam sunan Gunung Jati, di sini tidak terlihat para pengemis, namun ada banyak ojek paying yang menawarkan jasa kepada kami.
Masjid Agung Demak dibangun oleh Raden Patah, Sultan Demak pertama, beserta para wali yang menyebarkan Islam di tanah Jawa pada abad ke-15. Masyarakat setempat yakin masjid ini dulunya menjadi tempat berkumpul para wali.
Arsitektur masjid ini sangat kental dengan nuansa Jawa. Tak ada kubah, bagian atapnya berbentuk limas bersusun tiga. Konon, tiga sap atap ini bermakna tingkatan manusia dalam Islam, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan.
Masjid ini memiliki lima buah pintu yang bermakna rukun Islam yaitu syahadat, salat, puasa, zakat, dan haji. Sementara rukun iman tercermin dari jendela masjid yang berjumlah enam.
Masjid Agung Demak mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi.
Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru dengan tinggi sekitar 17 meter. Salah satu tiang utama itu disebut soko tatal.
Soko tatal itulah yang memiliki cerita menarik. Soko alias tiang ini terbuat dari serpihan-serpihan kayu atau tatal yang direkatkan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk tiang.
Menurut cerita, tiang ini dibuat oleh Sunan Kalijaga. Masyarakat menyebut tiang ini sebagai wujud karamah Sunan Kalijaga. Banyak yang percaya Sunan Kalijaga membuat saka ini dengan kekuatan yang tidak biasa.
Namun soal saka tatal ini banyak versi yang berkembang. Yang jelas, tiang penyangga yang berdiri di bagian timur laut itu terbuat dari pecahan-pecahan kayu. Meski terbuat dari serpihan kayu, satu tiang ini masih sekokoh tiang-tiang lainnya.
Di dalam kompleks masjid juga terdapat Museum Masjid Agung Demak, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat Masjid Agung Demak.

3.      Makam Raden Fatah
            Raden Patah di makamkan di sebelah kiri masjid Demak,Jawa Tengah. Di situ juga terdapat makam Raden Patah, Sultan Demak I (1478-1518), makam Raden Patiunus, Sultan Demak II (1518-1521), makam Raden Trenggana, Sultan Demak III (1521-1546) dan anggota keluara kerajaan lannya. Disamping itu, terdapat juga museum yang mencatat perjalanan Masjid Agung Demak, seperti 4 sakaguru Asli, dan terpadat juga situs sumur air keramat.
Masjid yang konon didirikan oleh Raden Patah pada abad ke 15 Masehi, tepatnya 1477 itu hingga kini masih berdiri kokoh, meskipun sudah dilakukan berbagai perbaikan disana-sini, mengingat usianya yang sudah 5 abad. Apalagi jika diingat semua hal masih berfungsi normal, termasuk sholat lima waktu yang masih terus di
 lakukan di Masjid Agung Demak ini.

Bangunan Masjid Agung Demak yang berjarak 26 km dari kota Semarang, dan 26 km dari kota Kudus ini, terdiri dari serambi Masjid dan Bangunan induk Masjid. Bangunan Serambi yang terletak pada bagian depan, atapnya berbentuk limas, tanpa dinding, atau bangunan terbuka, dan ditopang dengan delapan buah tiang yang disebut dengan saka majapahit. Pada bagian serambi, juga terdapat bedug besar, pada bagian Serambi inilah para jamaah lebih banyak untuk duduk, istighfar dan istirahat menunggu sholat wajib dilaksanakan.
Sedangkan pada bangunan induk Masjid, terpadat empat buah tiang utama yang disebut dengan saka guru, yang diberi nama sesuai dengan nama para wali yang membuatnya, sakaguru Sunan Ampel (surabaya), sakaguru Sunan Bonang (Tuban), sakaguru sunan Gunung Jati (Cirebon) dan sakaguru Sunan Kalijaga (Demak).Untuk sakaguru Sunan Kalijaga diberi nama khusus dengan nama sakatatal, karena terdiri dari serpih-serpihan kayu yang diketam, yang konon dibuat hanya dalam waktu satu malam.
Disamping Masjid, terdapat juga museum yang mencatat perjalanan Masjid Agung Demak, seperti 4 sakaguru Asli, dan terpadat juga situs sumur air keramat.

4.      Makam Sunan Kali Jogo
Masjid Sunan Kali Jogo

Yang kami datangi setelah Masjid Agung Demak adalah Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu. Tepatnya pada pukul 19:10 Waktu Jam Di Handphone Kami. Daerah Kadilangu ini tidak seberapa jauh lokasinya dari Masjid Agung Demak, waktu yang ditempuh tidak sampai sekitar setengah jam, kira-kira 2 km. Dari yang pernah Kami baca, Sunan Kalijaga diberi hadiah tanah desa bernama Kadilangu, tanah paling jelek, sehingga tidak dimanfaatkan oleh Baginda Raja.
 pintu masuk ke arah Makam Sunan Kalijaga berupa jalan lorong panjang menuju, disepanjang lorong ini, dikanan kirinya banyak pedagang menjual barang-barang semacam sejadah, mukena, peci, tasbih, dll. Menurut Kami Lorong Masuk makam sunan gunung jati begitu mewah, Banyak sekali barang dagangan baik dari hasil kreasi masyarakat setempat maupun souvenir buatan pabrik,  pas untuk oleh oleh di perjalanan.
.

Pada saat kami datang, saat itu makam Sunan Kalijaga sedang ramai dengan orang-orang yang berziarah.
Sunan Kalijaga adalah walisongo yang memiliki tempat tersendiri di hati orang Jawa, mungkin karena caranya mengenalkan Islam lewat budaya, sehingga rasanya dibandingkan Sunan yang lain, kisah-kisah Sunan Kalijaga lebih banyak kita kenal lewat falsafah Jawa, tembang dolanan, terutama wayang. Kadang Kami masih terhipnotis, bagaimana cerita wayang yang bernuansa Hindu tiba-tiba menjelma menjadi Islam. Terutama  kisah tentang “pertemuan Kalijogo dengan Yudistira” ataupun kisah tentang “klambi antakusuma”.
Makam Sunan Kalijaga berada di dalam “rumah” kokoh dengan ukiran Jepara terbaik di pintu, jendela, maupun tiang-tiangnya. Pada malam-malam tertentu, “rumah” tersebut dibuka, dibersihkan dan didoakan. Begitu beberapa orang bercerita.
Di samping makam juga ada gentong air yang dipercaya peninggalan Sunan Kalijaga. Airnya bisa diminum, atau jika anda menginginkan, bisa juga membawa botol kosong untuk membawa air tersebut pulang.

5.      Makam Sunan Kudus
            Kami sampai di makam Sunan Kudus pada tanggal 27 desember 2014 pada pukul 22 30 menit, untuk sampai ke sana, kami menggunakan jasa Ojek yang per motor di tarif 4000. Seperti makam Wali yang lain di sekeliling jalan menuju makam sunan kudus di penuhi oleh pedagang kaki lima yang menjual berbagai macam dagangan yang bias di beli oleh para pengunjung. Kami menuju
            Ja’far Shodiq adalah nama asli Sunan Kudus. Raden Ngudung merupakan nama panggilannya sewaktu masih kecil. Sunan Kudus juga di juluki Raden Amir Haji sebab ia pernah bertindak sebagai pemimpin jama’ah haji. Sunan Kudus adalah putra Raden Usman Haji yang menyiarkan Islam di daerah Jipang Panolan, Blora Jawa Tengah.
Menurut silsilahnya, Sunan Kudus masih keturunan Nabi Muhammad SAW. Jika di tarik secara lengkap silsilahnya sebagai berikut : Ja’far Shodiq bin Raden Usman Haji bin Raja Pendeta bin Ibrahim Al-Samarkandi bin Maulana Muhammad Jumadal Kubra bin Zaini Al-Husain bin Zaini Al-Kubra bin Zainul Alim bin Zainul Abidin bin Sayyidina Husain bin Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Sunan Kudus mendapat julukan “ Waliyul Ilmi”.  Sunan Kudus pernah belajar kepada ayahnya sendiri yaitu Raden Usman Haji namun menurut cerita yang berkembang di masyarakat Sunan Kudus adalah murid dari Kyai Telingsing dan juga dikisahkan Raden Ja’far Shodiq berguru kepada Sunan Ampel. Sunan Kudus pernah menjadi qodli (hakim agung) pada masa pemerintahan Kerajaan Demak selain seorang qodli ia mengemban amanah sebagai senopati (panglima perang) yang gagah berani dengan kemampuan strategi dan taktik yang tinggi. Menara Kudus adalah bangunan paling monumental peninggalan Sunan Kudus yang menjadi identitas khas kota.
 Pemerintah Kabupaten Kudus membuat replika menara Kudus yang dikenal dengan sebutan “ Tugu Identitas”. Selain menara Kudus peninggalan Sunan Kudus adalah masjid Al Aqsha Kudus. Di serambi depan masjid terdapat sebuah pintu gapura yang biasa disebut oleh masyarakat Kudus sebagai "Lawang kembar". Masjid menara dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 956 H.  Strategi da’wah Sunan Kudus antara lain:  
-                      Merangkul tanpa menyakiti
-                      Raih simpati dengan toleransi
-                      Melalui budaya
-                      Jalur perdagangan
Sunan Kudus mempunyai sikap dan rasa toleran yang tinggi terhadap lingkungan dan terhadap agama lain di sekitarnya contohnya antara lain larangan menyembelih sapi bagi orang islam karena pada masa itu Sunan Kudus sangat menghormati masyarakat hindu yang selalu memulyakan hewan lembu atau sapi. Sunan Kudus sebagai sosok pujangga menciptakan lagu dan cerita keagamaan. Karyanya yang paling terkenal adalah “Gending Maskumambang dan Mijil”. Setiap tanggal 10 Muharram di Sunan Kudus mengadakan tradisi yang disebut dengan “Buka Luwur”, merupakan upacara pergantian kain mori yang digunakan membungkus cungkup dan nisan Sunan Kudus. Buka Luwur di iringi dengan pembagian berkat dan diakhiri dengan pemasangan luwur baru. Sunan Kudus wafat di Kudus pada Tahun 1550M dan dimakamkan di kompleks masjid menara Kudus.
  Buka luwur merupakan upacara pergantian luwur (kain mori) yang digunakan membungkus cungkup nisan Sunan Kudus serta bangunan-bangunan lain disekitarnya. Kegiatan ini di iringi beberapa ritual, diawali dengan penjamasan Keris Kyai Cinthaka, doa rasul, terbang papat, pembuatan dan pembagian bubur as-syura, khatmil qur’an bil ghaib, pengajian malam 10 Muharrom, pembagian berkat dan di akhiri dengan pemasangan luwur baru. Tradisi yang berkembang hingga sekarang ini merupakan refleksi masyarakat Kudus untuk mengenang jasa Sunan Kudus dalam menyebarkan agama islam. Para tokoh masyarakat sepakat menamani “tradisi tahunan” tersebut sebagai buka luwur, bukan haul. Penyebabnya, tidak ada bukti yang jelas mengenai wafatnya Sunan Kudus,sehingga buka luwur digelar bukan dalam rangka memperingati wafatnya sang Sunan.
6.      Makam Sunan Muria
            Makam Sunan Muria terletak di puncak gunung Muria, Rombongan Ziarah STAI AN NUR lampung tiba di tempat ini tanggal 28 Desember 2014 pukul 01:00 Waktu setempat. Walaupun waktu masih tengah malam, namun di Makam Sunan Muria tetap ramai di kunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah di sana kami bertemu rombonga lain dari Lampung, lebih dari 30 bus telah tertata di parkiran Sunan Muria, bahkan di belakang rombongan kami masih ada rombongan lain yang siap berziarah  di Makam Wali yang masih sekitar 3KM di atas tempat parkir tersebut.
Untuk mencapai tempat peristirahatan terakhir Sunan Muria, Kami harus naik ke puncak gunung muria melewati tangga berundak yang di pinggir tangga tersebut berderet para pedagang yang menjajakan Souvenir dan aneka kerajinan tangan.
Ada 2 cara untuk mencapai makam Sunan Muria, yang pertama dengan berjalan kaki menelusuri undakan demi undakan yang saat itu kami telusuri, dan tentu memerlukan keikhlasan dan tekad yang kuat serta kekuatan fisik, karna jalan berundak tersebut sangat tinggi dan panjang. Jalan yang ke dua yaitu dengan mengeluarkan uang 15 sampai 20 ribu rupiah untuk mengendarai ojek yang tersedia di parkiran Makam Sunan Muria.

Untuk Memasuki Areal Makam Sunan Muria, Kami harus masuk melalui depan masjid sunan muria, karna makam sunan muria terletak di belakang masjid tersebut, sedangkan makam sunan muria berada di sebuah cungkup yang di lindungi oleh kelambu.

7.               Makam Sunan Bonang
Makam Sunan Bonang terletak di belakang Masjid Agung Tuban, untuk mencapai tempat tersebut Kami menyelusuri gang bang kecil yang berada di samping Masjid Agung Tuban. Atau bisa juga melewati jalan yang tersedia di sebelah kanan Masjid, yang di sepanjang jalan tersebut selayak seperti pasar, banyak pedagang kaki lima dan toko assesoris dan alat alat ibadah.
Gerbang makam terlihat begitu tua dengan bentuk seperti pura, namun di dinding gerbang tersebut tertempel piring piring keramik bertuliskan arab, semua terlihat sederhana, di balik gerbang tersebutlah bersemayam makam Sunan Bonang. Kami Berziarah di Sana Pada tanggal 28 Desember 2014 Puku 15:01.
Makam Sunan Bonang terlihat sederhana dengan satu Buah bangunan pendopo terbuka yang di bawahnya di buat sebuah cungkup besar,
8.      Makam Asmoro Kondi



9.      Makam Sunan Drajat
10.  Makam Sunan Gresik
                     
11.  Makam Sunan Giri

12.  Makam Syeih Kholil Bangkalan

13.  Makam Sunan Ampel
Makam Sunan Ampel terletak di kampung Ampel di kota Surabaya. Di depan makam ada dua pintu gerbang besar bergaya Eropa. Makamnya terpisah dengan
dari makam lainnya dan diberi pagar teralis dari besi setinggi 110 cm.
14.  Makam KH Abdurrohman Wahid
15.  Pon Pes Lirboyo
16.  Makam Raden Santri
Makam Kyai Raden Santri di Gunungpring Magelang. Nama Kyai Raden
Santri sangatlah dikenal oleh masyarakat, khususnya masyarakat
Magelang dan sekitarnya. Kyai Raden Santri yang akrab dipanggil Mbah
Raden ini memiliki nama asli Kanjeng Gusti pangeran Singasari. Kyai
Raden Santri adalah putra Ki Ageng Pamanahan yang masih memiliki trah
Prabu Brawijaya. Kyai Raden Santri adalah seorang ulama yang tergolong
ulama awal penyebar agama Islam di sekitar gunung Merapi, Merbabu,
Andong, Sumbing, dan deretan pegunungan Menoreh di sepanjang Kali
Progo.

Menjelang kerajaan Mataram berdiri, Kyai Raden Santri pernah menjabat
sebagai Senopati Perang yang bertugas mengajarkan shalat kepada para
prajurit. Saat akan mengajarkan shalat kepada para prajurit, di dusun
itu Kyai Raden Santri tidak menemukan air untuk berwudlu'. Kemudian
Kyai Raden Santri berdo;a kepada Allah agar diberikan air. Lalu Kyai
Raden Santri membuat sendang dengan tongkatnya, dan dengan izin Allah,
sendang itupun memancarkan air, bahkan hingga kini sendang tersebut
tak pernah berhenti memancarkan air, bahkan di musim kemarau
sekalipun. Sendang itu terletak di dusun Kolosendang, desa Ngawen,
kecamatan Mantilan, kabupaten Magelang.

Disebutkan pula, saat Kyai Raden Santri menetap di desa Santren, Ia
suka berkhalwat atau menyepi di puncak bukit Gunungpring. Suatu hari,
ketia Kyai Raden Santri hendak pulang dari bukit Gunungpring menuju
desa Santren, ia mendapati sungai yang harus ia seberang sedang meluap
dan dilanda banjir. Kyai Raden Santri berkata kepada air "Air,
berhentilah, aku mau menyeberang", maka luapan air itupun berhenti,
batu-batu sungai bermunculan kembali karena banjir telah reda. Itulah
sebabnya, tempat tersebut diberi nama Watucongol yang berarti batu
bermunculan.

Keturunan Kyai Raden Santri berturutan adalah Kyai Krapyak I, Kyai
Krapyak II, Kyai Krapyak III, Kyai Harun, Kyai Abdullah Sajad, Kyai
Gus Jogorekso, Raden Moch Anwar AS, Raden Qowaid Abdul Sajak, hingga
Kyai Dalhar, dan termasuk Kyai Ahmad Abdulhaq. Anak keturunan Kyai
Raden Santri inilah yang kemudian menjadi ulama penyebar dan menjadi
tokoh agama Islam di wilayah Gunung Pring hingga saat ini. peran ini
kini dilanjutkan melalui Pondok Pesantren Darussalam di Watucongol.

Komplek Makam Kyai Raden Santri dan anak cucunya kebanyakan berada di
kawasan atas Gunung Pring dan kini menjadi tempat ziarah yang ramai
dikunjungi ummat Islam dari berbagai penjuru tanah air. Kompleks makam
Kyai Raden Santri terletak di sisi barat kota Muntilan, tepat di atas
sebuah bukit yang sangat asri.

Secara administratif, Komplek Makam Kyai Raden Santri beserta para
anak cucunya di Gunung Pring berada di wilayah Desa Gunung Pring,
Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Namun demikian, berdasarkan
sejarah kepemilikan wilayah, makam kompleks makam ini merupakan milik
dan wilayah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat di bawah Reh Kawedanan
Hageng Sriwandowo bagian Puroloyo.

Saat memasuki kaki bukit sebagai akses masuk ke kompleks makam Kyai
Raden Santri di Gunung Pring, peziarah akan dapat melihat terminal
parkir dengan deretan ruko yang menjajakan berbagai peralatan ibadah
maupun souvenir hasil kerajinan masyarakat setempat. Untuk naik ke
atas bukit, ada dua pilihan akses jalan berundak yang dapat dilalui
oleh para peziarah, satu melalui sisi timur bukit yaitu melalui
sebelah Masjid Kyai Raden Santri, dan satu lagi melalui sisi utara
bukit yaitu melewati Mushola Raden Santri. Gunung Pring merupakan
sebuah bukit pendek yang dapat didaki dalam waktu tidak lebih dari 20
menit.

Menapaki anak tangga yang sedikit menanjak memang membutuhkan ekstra
tenaga dan tarikan nafas. Namun sambil berjalan ke atas, para peziarah
akan disuguhi pemandangan sekitar yang sangat indah. Ada dataran kota
Muntilan di sisi timur, gunung Merapi-Merbabu jauh di sebelah timur
dan timur laut. Sementara di sebelah selatan terhampar daerah
pertanian yang hijau hingga batas pegunungan Menoreh.












































Clixsense

Clixsense